Ketertarikan mempelajari plankton
tidak hanya dari bentuk dan jenisnya yang sangat beragam namun perannya yang
sangat besar bagi kehidupan membuat kita akan semakin bersyukur atas nikmat
Allah SWT. Plankton yang berukuran mikroskopis nyatanya berperan sebagai
penghasil oksigen di bumi memang mutlak adanya. Salah satu plankton yang
mendominasi perairan tawar dan laut adalah Diatom,
yaitu lebih dari 260 genus diatom hidup dengan lebih dari 100.000 spesies
(Round et al., 2000).Diatom berasal
dari kata Yunani “Diatomos” yang berarti dipotong setengah. Saat ini diketahui Diatom memiliki struktur
khas yaitu dinding sel terbagi menjadi dua bagian yang dilapisi oleh silika. Diatom
merupakan fitoplankton yang berperan sebesar 25% dalam proses fotosintesis di
Bumi dimanapun ada cahaya dan nutrisi yang cukup. Selain itu, Diatom mempunyai
konstribusi 40 – 45% produktivitas laut sehingga lebih produktif jika
dibandingkan dengan hutan hujan di seluruh dunia. Diatom berfotosintesis di
laut menghasilkan karbon organik yang berfungsi sebagai dasar untuk jaring
makanan di laut. Jadi tidak mengherankan diatom berperan penting dalam siklus
silika dan karbon di alam sehingga kesinambungan perikanan terjaga (Mann, 1999).
Diatom merupakan divisi Chrysophyta atau Bacillariophyta
yang terdiri dari 2 (dua) ordo yaitu ordo Centrales
dan ordo Pennales. Ordo centrales
merupakan diatom centris terdiri dari 3 sub ordo yaitu Coscinodiscineae, Rhizosolenieae
dan Biddulphiineae. Sedangkan ordo
pennales merupakan diatom pennate terdiri dari 2 sub ordo yaitu Fragilariineae dan Bacillarineae. Selanjutnya, mari kita lebih jauh mengenal tentang
diatom.
1.
Morfologi
diatom
Diatom
ada yang bersel tunggal dan sel berantai yang dilapisi oleh dinding keras yang
terbentuk dari pektin yang berisi silika yang disebut frustule. Frustule tersebut terdiri dari epiteka
(katup bagian atas) dan hipoteka (katup bagian bawah). Epiteka berukuran lebih
besar dan lebih tua dibandingkan hipoteka dan memiliki elemen pengikat yang
disebut cingulum.
Berdasarkan
bentuk frustule terbagi menjadi dua
kelompok yaitu centric diatom (diatom
berbentuk bulat) dan pennate diatom (diatom berbentuk bilateral simetri). Diatom sentrik (centric)
bercirikan bentuk sel yang mempunyai simetri radial atau konsentrik dengan satu
titik pusat. Selnya bisa berbentuk bulat, lonjong, silindris, dengan penampang
bulat, segitiga atau segiempat. Sebaliknya diatom penat (pinnate) mempunyai simetri
bilateral, yang bentuknya umumnya memanjang atau berbentuk sigmoid seperti
huruf “S”. Sepanjang median sel diatom penat ada jalur tengah yang disebut rafe
(raphe) (Anugrah, 2008). Raphe
pada
diatom digunakan untuk pergerakan diatom yang juga penting dalam identifikasi.
Bold & Wyne (1980) menjelaskan bahwa Diatom
pennate bergerak secara spontan. Pergerakan terjadi karena, pertama adanya
sekresi rantai mukopolisakarida. Zat
ini dikeluarkan secara terus-menerus sehingga menyebabkan sel bergerak, dan
mampu pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kedua, adanya mekanisme
kapilaritas yang menimbulkan gerakan perlahan-lahan dari partikel-partikel di
sepanjang rafe. Ketiga, pergerakan diatom berkaitan erat dengan aliran
sitoplasma dalam sel dan keberadaan raphe pada dinding sel.
Seluruh
permukaan valvula pada diatom penuh dengan berbagai ornamentasi yang simetris
dan indah dan pori-pori yang menghubungkan sitoplasma dalam sel dengan lingkungan
diluarnya. Ciri ornamentasi pada valvula ini merupakan hal penting untuk identifikasi
jenis.
2.
Ekologi
Diatom
Diatom tersebar pada seluruh perairan dunia,
dari perairan tawar hingga laut dalam. Klasifikasi secara umum meliputi
oligohalophilic suatu diatom yang hidup di air dengan kadar garam < 0,05%o
dan mesohalophilic serta polyhalophilic yang hidup di air laut dengan kadar
garam > 0,05%o. Diatom hidup terapung bebas di
dalam badan air dan kebanyakan melekat pada substrat yang lebih keras.
Pelekatan diatom biasanya karena tumbuhan ini mempunyai semacam gelatin (Gelatinous extrusion) yang memberikan
daya lekat pada benda atau substrat. Kadang ditemukan beberapa diatom yang
walau sangat lambat tetapi punya daya untuk bergerak. Diatom akan sangat
tergantung pada pola arus dan pergerakan massa air baik itu secara horizontal maupun
vertical (Kasim, 2008). Ada Diatom yang hidup sebagai bentos (didasar laut)
atau yang kehidupan normalnya di dasar laut tetapi oleh gerakan adukan air
dapat membuatnya lepas dari dasar dan terbawa hanyut sebagai plankton (disebut
sebagai tikoplankton) (Anugrah, 2008).
3.
Reproduksi
diatom
Reproduksi dilakukan dengan cara membelah
diri yaitu memisahkan antara bagian epiteka dan hipoteka. Bagian epiteka
membentuk hipoteka untuk menjadi sel diatom baru. Sedangkan bagian hipoteka
akan berubah peranannya sebagai epiteka dan membentuk hipoteka baru. Demikian diatom
akan membelah beberapa kali dan ukurannya mnejadi semakin kecil. Untuk
mengembalikan kepada ukuran semula diatom membentuk Auxospore.
4.
Peranan
diatom
Selama
ini peranan diatom yang awam diketahui adalah sebagai penghasil oksigen dan
bahan organik bagi organisme akuatik, bioindikator kualitas perairan, serta diatom
yang mengendap di dasar laut dalam rentang waktu yang lama dapat menjadi
cadangan minyak bumi. Diatom menjadi bioindikator kualitas perairan memiliki
keunggulan dibandingkan organisme lainnya karena distribusi luas, populasi
variatif, penting dalam rantai makanan, siklus hidup pendek, reproduksi cepat, hampir
semua terdapat di permukaan substrat, banyak spesies sensitif terhadap
perubahan lingkungan, mampu merefleksikan perubahan kualitas air dalam jangka
pendek dan panjang, mudah pencuplikan, pengelolaan dan identifikasinya (Gell et al., 1999; Round et al., 2000).
Namun
tidak banyak yang mengetahui, dalam dunia kedokteran forensik melalui tes diatom pada tubuh korban yang diduga
meninggal karena tenggelam keberadaan diatom sangat membantu dalam mengetahui penyebab
kematian. Tes diatom tersebut dilakukan dengan cara mengambil dan memeriksa
contoh air dari dugaan lokasi tenggelam, contoh jaringan dari hasil otopsi
korban, jaringan yang dihancurkan untuk mengumpulkan diatom, konsentrasi diatom
dan analisa mikroskopis. Keberadaan diatom pada tubuh korban sebagai alat
penting dalam diagnosis, konfirmasi kematian, serta bukti pendukung dalam
penyebab kematian.
Diatom
juga dimanfaatkan dalam terapan ilmu paleolimnologi. Paleolimnologi merupakan
ilmu yang mempelajari geologi dan perkembangan di perairan tawar. Melalui
pendekatan paleolimnologi memanfaatkan
informasi fisik, kimia dan biologi yang tersimpan di dalam inti sedimen sehingga
diharapkan dapat mengatasi permasalahan kualitas air. Dengan mengetahui
kualitas perairan di masa lampau dapat memprediksi kualitas perairan di masa
mendatan. Diatom telah diaplikasikan dalam analisis paleoekologi di Everglades
National Park Florida Bay, USA (Pyle et
al.,1998), Ealden Pond Massachussets USA, Danau Lac Saint Augustine di
Quebec City Canada (Pienitz et al.,
2006), serta Danau Rawa Pening Indonesia (Soeprobowati dan Hadisusanto, 2009).
Referensi
Nontji, Anugerah.
2008. Plankton Laut., LIPI Press. Jakarta. Wilianto W. 2012. Pemeriksaan Diatom pada Korban Diduga Tenggelam
(Review). Jurnal Kedokteran
Forensik Indonesia, Vol. 14 No. 3, Juli – September 2012.
Soeprobowati dan Hadisusanto. 2009. Diatom dan Paleolimnologi: Studi Komparasi Perjalanan
Sejarah Danau Lac Saint-Augustine Quebeq-City, Canada dan Danau Rawa Pening Indonesia.
Biota
Vol. 14 (1): 60-68, Februari 2009
ISSN
0853-8670
Richard Telford, Geography
Department, Newcastle University. http://www.eecrg.uib.no/Homepages/Teaching/index.htm
E.
Virginia Armbrust. 2009. The life of diatoms in the world’s oceans. NATURE Vol (459)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar