Proses Eutrofikasi |
Komponen vital rantai makanan di perairan tawar dan laut
adalah fitoplankton dan zooplankton. Komunitas plankton menggambarkan kondisi
kualitas air perairan karena plankton tidak mampu mengisolasi dirinya dari
perairan seperti kerang yang mampu menutup cangkangnya ketika kondisi tidak
menguntungkan. Plankton mengakumulasi efek perubahan dari kualitas air yang
terjadi terus menerus sehingga kita harus memahami tentang plankton dan
interaksinya dengan lingkungan untuk memanajemen kualitas air. Fitoplankton
merespon perubahan cahaya, nutrisi dan sedimen serta merespon memakan oleh
zooplankton. Kelimpahan dan jenis fitoplankton pada perairan dapat memberikan
informasi tentang baik atau tidaknya kondisi
kualitas perairan yang berpengaruh pada
penanganan dalam memanajemen kualitas air. Contohnya, kita harus mengetahui
spesies fitoplankton yang beracun dan berbahaya bagi konsumen seperti ikan,
kerang,dan manusia. Walaupun dalam jumlah yang kecil fitoplankton yang beracun
dan berbahaya dapat menyebabkan ledakan populasi fitoplankton (blooming) akibat dari peningkatan
konsentrasi nutrien di perairan.
Kelimpahan suatu jenis fitoplankton ditentukan
oleh sifat fisik dan kimia air terutama kandungan nutrien badan air. Nutrien merupakan
unsur kimia yang diperlukan fitoplankton untuk pertumbuhan. Pada ekosistem
perairan tawar nutrien pembatas faktor pertumbuhan fitoplankton yaitu Fosfat
(PO4-), sedangkan pada ekosistem perairan laut nutrien
pembatas pertumbuhan fitoplankton adalah
Nitrogen (N).
Eutrofikasi merupakan peningkatan kepadatan fitoplankton yang diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi nutrien/hara terlarut dalam badan air, yang dapat berasal dalam dan luar ekosistem. Dari dalam ekosistem, peningkatan nutrien berasal dari dekomposisi organik (detritus & kotoran/ekskresi) dan regenerasi nutrien oleh zooplankton, sedangkan dari luar ekosistem nutrien masuk ke badan air melalui berbagai bahan buangan (limbah) baik yang disengaja ataupun tidak. (Garno S.Y, 2012)
Eutrofikasi merupakan peningkatan kepadatan fitoplankton yang diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi nutrien/hara terlarut dalam badan air, yang dapat berasal dalam dan luar ekosistem. Dari dalam ekosistem, peningkatan nutrien berasal dari dekomposisi organik (detritus & kotoran/ekskresi) dan regenerasi nutrien oleh zooplankton, sedangkan dari luar ekosistem nutrien masuk ke badan air melalui berbagai bahan buangan (limbah) baik yang disengaja ataupun tidak. (Garno S.Y, 2012)
Peningkatan
konsentrasi nutrien di perairan dari luar ekosistem disebabkan oleh aktifitas
manusia seperti limbah dari pertanian, industri dan rumah tangga. Sugiura et al., (2004) menyatakan limbah organik
dan sedimen mengalami dekomposisi dan meningkatkan konsentrasi unsur Nitrogen
(N) dan fosfor (P), yang dapat mendorong pertumbuhan fitoplankton. Pada
konsentrasi optimum, unsur hara N dan P menguntungkan bagi pertumbuhan
fitoplankton yang merupakan makanan bagi ikan dan udang. Namun ketika
konsentrasi unsur – unsur tersebut tinggi, terjadi pertumbuhan fitoplankton
yang berlebih (blooming) atau eutrofikasi
Alexandrium sp |
Ledakan populasi plankton dapat
berakibat pada bervariasinya nilai pH dan oksigen terlarut. Pada siang hari,
fotosintesis oleh plankton mengubah karbondioksida dari air menyebabkan pH naik
dan menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan saturasi tinggi dari kelarutan
oksigen. Sedangkan pada malam hari, respirasi oleh plankton dan organisme
lainnya di dalam air, meningkatkan jumlah karbondioksida terlarut di dalam air
yang menyebabkan pH turun dan begitupula kandungan oksigen terlarut mengalami
penurunan. Perubahan rentang nilai pH
yang terlalu besar akan berdampak pada dan rendahnya kelarutan oksigen terlarut
di dalam air akan menyebabkan stress pada ikan maupun organisme akuatik
lainnya. Selain itu eutrofikasi menyebabkan peningkatan konsentrasi seperti hydrogen
sulfide, methane dan ammonium
dapat beracun bagi organisme akuatik.
Microcystis sp |
Dampak dari eutrofikasi akan
menyebabkan dominasi fitoplankton yaitu Microcystis
sp di waduk – waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur sedangkan dominasi Pyrodinium sp, Alexandrium spp, dan
Gymnodinium spp di perairan pesisir waktu terjadi “red tide”.
Syahrul dkk (2013)
mengemukakan bahwa untuk menanggulangi eutrofikasi dengan cara :
1. Attacking
symptoms
a. Mencegah
pertumbuhan vegetasi penyebab eutrofikasi
b. Menambah
atau meningkat oksigen terlarut dalam air
Metode
yang dapat digunakan yaitu chemical treatment untuk mengurangi kandungan nutrien
berlebihan dalam air, aerasi, dan harvesting
algae (memanen alga) untuk mengurangi alga yang tumbuh subur di permukaan air.
2. Getting
at the root cause
a. Mengurangi
nutrien dan sedimen yang masuk ke dalam air.
Referensi
Garno S.Y, 2012. Dampak Eutrofikasi Terhadap Struktur
Komunitas dan Evaluasi Metode Penentuan Kelimpahan Fitoplankton. Jurnal
Teknik Lingkungan 13(1) : 67 – 74.
Sugiura et
al.,. 2004. Assessment for the Complicated Occurrence of Nuisance Odours
from Phytoplankton and Enviromental Factors in a Eutrophic Lake. Lake &
Reservoirs : Res. and Man., 9: 195 – 201.
Suthers,
Iain M dan Rissik, David. 2009. Plankton, A Guide to Their Ecology and
Monitoring for Water Quality. CSIRO Publishing. Australia
Syahrul dkk. 2013. Kajian Analisis Kualitas Air Danau UNHAS :
Pembahasan Khusus Pada Proses Eutrofikasi.
Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Hasanuddin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar