Fisheries Inland R. L. Wellcomme, 2001
oleh Restu Putri Astuti
Sejak dulu menangkap ikan di perairan umum atau daratan dipraktekkan manusia dan alat tangkap ditemukan sejak kehidupan manusia dimulai. Saat ini, ikan sebagai sumber protein hewani yang berasal dari perairan umum berubah menjadi kebutuhan utama manusia. Permintaan yang tinggi terhadap ikan dan meningkatnya kesadaran akan keberadaan lingkungan yang mendukung kehidupan manusia mengubah tindakan upaya pengelolaan sumberdaya air di perairan umum. Perubahan ini disebabkan oleh kebutuhan manusia terhadap sumberdaya air itu sendiri. Kehidupan berubah dari model pembangunan eksploitasi yang saat ini memprioritaskan pada pertanian, kehutanan dan perikanan yang mengancam keberlanjutan sumberdaya alam yang berimbas pada ketahanan pangan. Peraturan tentang konservasi dan pembangunan keberlanjutan sedang gencar dilakukan sebagi dampak tekanan dari sumberdaya alam itu sendiri. Perikanan umum dan akuakultur secara umum dipengaruhi oleh faktor sosial dan geografi serta saat ini juga dipengaruhi oleh demografi, ekonomi dan perubahan iklim politik. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi peraturan dan strategi manajemen dan memanfaatkan potensi di masa mendatang
Ketersediaan Sumberdaya
Populasi penduduk
Faktor yang terpenting dalam ketersediaan sumberdaya alam adalah pertumbuhan penduduk dunia. Diperkirakan tahun 2040 jumlah populasi penduduk dunia mencapai 10 miliar (UN, 1993). Pertumbuhan penduduk dunia berarti meningkatkan permintaan terhadap kebutuhan sumberdaya alam, tidak hanya untuk kehidupan tetapi juga terjaganya ekosistem. Dampak dari pertumbuhan penduduk juga mempengaruhi distribusi penduduk. Trend yang dihasilkan seperti urbanisasi dan perubahan demografi penduduk yang hidup di sekitar danau, sungai dan pesisir. Perubahan ini hasil dari tuntutan konsumen pasar terhadap produk yang beranekaragam tidak hanya dari pertanian saja. Urbanisasi and perubahan ini tentu berdampak pada tekanan terhadap lingkungan terutama sumberdaya seperti keberadaan limbah yang mengancam sumberdaya air.
Suplai air
Saat ini air menjadi faktor pembatas primer dalam pertumbuhan yang mampu memenuhi kebutuhan diantara tingginya permintaan. Diperkirakan separuh dari populasi penduduk dunia yang hidup di 58 negara termasuk krisis air. Latar belakang keterbatasan sumberdaya air dipengaruhi oleh adanya kompetisi dalam penggunaan air seperti pertanian, konsumsi domestik, industri, transportasi, pembangkit tenaga listrik, rekreasi, perikanan. Kebutuhan sumberdaya air untuk dikonsumsi berarti praktek perikanan secara intensif dan akuakultur harus mampu memproduksi sedikit polusi dengan sistem pengolahan limbah.
Pakan dan sumberdaya lain
Secara umum produk akuakultur dan perikanan umum berbasis pada rendahnya input atau rendah protein, limbah pertanian dan pupuk. Sekitar 1,26 juta ton ikan dan 0,8 juta udang yang dipergunakan untuk pakan ikan (pellet). Kebutuhan yang besar untuk budidaya ikan karnivor yang hanya dapat diganti dengan ditemukannya pakan substitusi dengan kandungan tinggi akan protein. Saat ini, ikan pelagis kecil dipergunakan untuk pembuatan pakan ikan yang secara langsung berhubungan dengan konsumsi manusia. Yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal ini dengan akuakultur yang efisien dan sistem manajemen secara intensif.
Ketersediaan lahan
Pertumbuhan populasi dengan proporsi daratan untuk memproduksi pangan semakin meningkat yang mengarah praktek merusak. Meningkatnya tekanan terhadap lahan yang kesemuanya mencakup pertanian, akuakultur dan pemukiman. Dampak dari kompetisi penggunaan lahan yang berarti kegiatan penangkapan dan akuakultur harus memanfaatkan ketersediaan lahan agar lebih efektif. Secara tidak langsung terbatasnya penyebaran sistem budidaya perikanan air tawar secara tradisional, akhirnya berdampak langsung di masa mendatang terhadap perluasan ke ekosistem laut atau untuk memanfaatkan sistem pengolahan kembali air secara efisien. Pendekatan tindakan konservasi untuk mengurangi dampak negative terhadap ekosistem.
Iklim politik dan ekonomi
Tren nasional
Di masa ini perubahan orientasi poltik dan ekonomi dari sistem sosialis, menyertakan perencanaan pusat, akses terbuka untuk sumberdaya alam dan subsidi untuk sektor perikanan, kehutanan dan pertanian, menjadi kapitalis atau pasar terbuka dengan kepemilikan swasta dan ketersediaan finansial. Transisi ini menyebabkan wewenang pemerintah pusat diserahkan pada pemerintah daerah. Di saat yang bersamaan, tumbuhnya kesadaran terhadap masa depan sumberdaya alam, dimana negara, kelompok dan individu membangun pendekatan pembangunan berkelanjutan yang berbeda dengan pemikiran jangka pendek yaitu melalui pendekatan pasar.
Inisiatif Internasional
Respon PBB terhadap keberlanjutan sumberdaya alam dengan diadakannya Konferensi Lingkungan dan Pembangunan pada tahun 1992 yang menghasilkan 21 prinsip pembangunan berkelanjutan. Di saat yang bersamaan Konvensi Keberagaman Biologi yang diadopsi hampir sebagian besar negara dunia dalam kesepakatan hukum untuk melindungi dan mengkonservasi keberagaman makhluk hidup di seluruh dunia. Inisiatif ini yang mengubah visi eksploitasi lama terhadap perlindungan alam yang utama.
Di sektor perikanan pada tahun 1982 melalui UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) mengubah sebuah pemikiran baru untuk manajemen sumberdaya laut. Peraturan baru tentang samudera yang memberikan hak negara pesisir untuk mengatur dan memanfaatkan sumberdaya perikanan dalam Zona Ekonomi Eksklusif.
Namun, penangkapan berlebihan terhadap keberlajutan stok ikan , berubahnya ekosistem, kehilangan nilai ekonomi secara drastic, dan konflik internasional dalam mangatur keberlanjutan perikanan terhadap ketahanan pangan. FAO (Food and Agriculture Organisation) mengeluarkan kebijakan perikanan bertanggungjawab melalui CCRF (A Code of Conduct for Responsible Fisheries).
Perubahan Kondisi Perikanan
Sejarah Manajemen Perikanan Darat
Usaha perikanan darat sangat kuno. Museum Capitoline di Roma mempunyai peninggalan relief ikan sturgeon dari zaman purbakala. Di zaman pertengahan Benua Eropa kelompok nelayan mengubah cara mengatur dan memanfaatkan sumberdaya ikan. Pada abad 17, Colbert Perdana Menteri Prancis hingga Louis IV mengatur perikanan darat dengan mengontrol pendaratan ikan. Di bagian negara lain, pengaturan perikanan darat dilakukan mengikuti kearifan lokal yang diperkuat dengan kepercayaan agama.
Pemerintahan modern telah melakukan usaha untuk membuat kebijakan mengontrol perikanan darat di level nasional melalui pembatasan ukuran jaring dan ikan, musim dan alat tangkap. Perikanan darat sebagai sumberdaya alam yang memiliki akses terbuka untuk dimanfaatkan yang merugikan masyarakat. Akan tetapi, sentralisasi terbukti tidak terlaksana dengan beberapa alasan. Pertama, ketidakkonsistenan dalam penegakan peraturan akibat beragamnya sumberdaya alam dan luasnya georafi. Kedua, besarnya populasi dan minimnya pengalaman serta menerapkan peraturan. Yang pada akhirnya menyebabkan krisis mengatur perikanan darat yang berhubungan dengan sektor laut dan keberagaman sumberdaya alam. Menurut Garcia dan Newton (1997), hampir 75% stok sumberdaya laut sudah diekploitasi secara berlebihan. Sumberdaya ikan yang termasuk sumberdaya alam terbarukan, juga membutuhkan manajemen untuk tetap memberikan konstribusinya untuk pasokan nutrisi, ekonomi dan sosial dalam menjamin pertumbuhan populasi penduduk.
Manajemen alternatif dengan melibatkan peran pemerintah yang digabungkan dengan masyarakat perikanan yang akan menghasilkan banyak keuntungan dengan menggunakan pendekatan pengetahuan modern sebaik sistem manajemen tradisional.
Konservasi VS Ekploitasi
Salah satu isu yang dihadapi dunia saat ini bagaimana cara menyeimbangkan permintaan terhadap pangan yang mampu melestarikan sumberdaya alam di masa mendatang. Perdebatan ini memancing perubahan pemikiran masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang didukung oleh inisiatif nasional dan internasional untuk melindungi sumberdaya alam. Walaupun keseluruhan persepsi ini tidak merata di masyarakat. Di negara tropis, perilaku konservasi muncul sebagai dampak ekploitasi pemanfaatan sumberdaya alam seperti pada perikanan darat. Di negara miskin, tekanan tinggi untuk mempertahankan sumberdaya alam tetap tidak konsisten tanpa keberlanjutan. Jadi diperlukan realisasi untuk melindungi sumberdaya alam dari kelebihan pemanfaatan melalui peraturan konservasi.
Pengaturan Alat Tangkap Perikanan
Pengalaman perikanan darat di tropis dan sub tropis selama lebih dari puluhan decade menghasilkan penmbangunan beberapa alat tangkap untuk memanfaatkan stok ikan di perairan perikanan darat. Metode tradisional dalam menangkap satu spesies ikan dalam jumlah terbatas berubah menjadi perikanan tidak hanya menangkap satu atau dua spesies saja serta dalam jumlah besar. Hampir sebagian besar stok ikan di alam diisi oleh banyak jenis ikan dimana tidak ada tanggung jawab untuk metode dinamika populasi yang diaplikasikan di perikanan laut. Dibutuhkan analisa keseluruhan menggunakan pendekatan ekologi untuk mengembangkan beberapa jenis kelompok ikan yang tepat di hampir sebagian besar sungai dan danau.
Disaat yang bersamaan, realisasi perhatian terhadap biologi dan dinamika populasi stok ikan belum cukup memadai untuk menggambarkan keadaan perikanan. Saat ini konsentrasi terbesar dalam manajemen perikanan pada sosial, ekonomi dan kebijakan. Tindakan baru terhadap manajemen perikanan harus melibatkan pemilik usaha dan tanggung jawab dari pemerintah pusat atau dari nelayan itu sendiri.
Penyusunan teknik untuk manajer dan nelayan dalam mengelola perikanan dengan memberi mereka beberapa pilihan tindakan tergantung dari prioritas dan tingkatan sosial. Peralatan tangkap yang ada guna peningkatan produktivitas perikanan seperti peningkatan stok ikan atau melalui pendekatan konservasi, seperti merehabilitasi kerusakan lingkungan. Selain itu secara bersamaan, dilakukan pemahaman terhadap konsekuensi dari kegiatan manusia di lingkungan sungai dan danau untuk konstribusi manfaat kepada masyarakat. Implikasi stok ikan yang terjamin kesehatan genetiknya terutama terhadap sikap terhadap ikan introduksi serta dampaknya terhadap perikanan tangkap dan akuakultur. Penggunaan alat tankap harus dipadukan dengan pendekatan terhadap lingkungan dan perikanan.
Pandangan baru untuk manajemen
Tren terbaru pengelolaan sumberdaya alam diperlukan pendekatan ekosistem perairan yang berkualitas serta praktek perikanan berkelanjutan didalamnya. Perubahan orientasi politik dan ekonomi dari sentralistik, akses terbuka untuk sumberdaya alam dan subsidi perikanan untuk pasar, kepemilikan pribadi dan modal serta budaya berpadu dalam pendefinisian ulang terhadap peranan di berbagai tingkatan nasional. Pemerintah pusat menyerahkan tanggungjawab terhadap pemerintah daerah dan pelaku perikanan dalam mengelola sumberdaya perikanan. Disinilah peran pemerintah daerah dan nelayan untuk mengelola sumberdaya dan membangun kerjasama. Selain itu, diperlukan penelitian pengelolaan perikanan berbasis masyarakat lokal dan bagaimana mencari jalan keluar dari konflik kepentingan.
Menurut Lackey (1979) “Fisheries management is the practice of analyzing, making and implementing decisions to maintain or alter the structure, dynamics, and interaction of habitat, aquatic biota and man to achieve human goals and objectives through the aquatic resources”. Pedoman terarah kepada masyarakat untuk memiliki integritas terhadap ekologi dan pemeliharaan sumberdaya alam adalah tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar