Restu Putri Astuti
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian – Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRAK
Usaha budidaya udang vanname (Litopenaeus vannamei) semakin pesat ditandai dengan sistem budidaya intensif. Budidaya intensif menggunakan padat tebar tinggi dan pemberian pakan yang diupayakan tepat (Xincai & Yongquan, 2001) sehingga kualitas air dapat dipertahankan dan sintasan tetap tinggi maka pertumbuhan dan produksi udang dapat mencapai target yang diharapkan. Permasalahan dalam sistem budidaya intensif udang vanname (Litopenaeus vannamei) yaitu penurunan kualitas air karena hasil metabolik penguraian sisa pakan dan feses udang yang tidak terkendali oleh tindakan pengelolaan kualitas air yang baik. Praktek kerja lapang di tambak PT. Hasil Raya bertujuan untuk mengetahui hubungan parameter kimia air terhadap produktivitas budidaya udang vanname secara intensif. Pengumpulan data dilakukan dengan partisipasi aktif dan survei data, selanjutnya data dianalisis dengan metode deskriptif dan analisa korelasi untuk mengetahui keeratan antar variabel. Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa hubungan parameter kualitas kimia air berkaitan erat dengan produktivitas tambak, terutama pada bahan organik total yang meningkat seiring dengan pertambahan biomassa sehingga diperlukan monitoring dan evaluasi. Sedangkan yang dapat menurunkan produktivitas tambak dipengaruhi oleh kadar nitrit yang tinggi di perairan. Disarankan untuk membangun instalasi bioremediasi untuk mengurangi dampak limbah sisa budidaya udang vanname sehingga tidak berdampak negatif terhadap ekosistem.
Kata Kunci : Kimia air, produktivitas, tambak, udang vanname
Produksi
Dari hasil analisis korelasi terhadap parameter kimia air yang memiliki hubungan erat terhadap produksi. Koefisien korelasi yang memiliki hubungan yang besar terhadap produksi adalah bahan organik (TOM). Hubungan antara bahan organik terhadap produksi bernilai positif yang berarti penyebab meningkatnya kandungan bahan organik total di tambak diiringi dengan peningkatan biomassa. Dengan meningkatnya biomassa udang di tambak, maka pakan yang diberikan semakin besar sehingga meningkatkan jumlah bahan organik di tambak.
Pada tabel 2 keseluruhan petak menunjukkan nilai positif pada parameter TOM (Bahan Organik Total) sehingga perlu dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pada parameter ini. Kegiatan monitoring berupa penyiponan terhadap dasar tambak dan pergantian air untuk mengurangi akumulasi bahan organik. Sedangkan evaluasi berupa manajemen pakan untuk menentukan kebutuhan pakan yang diberikan karena pakan sumber utama penumpukan bahan organik di perairan (Priatna, 2004). Kedua kegiatan ini telah dilakukan secara intensif pada tambak PT. Hasil Raya namun masih saja belum efektif.
Hubungan nitrit terhadap produktivitas bernilai negatif pada keseluruhan petak tambak selama masa pemeliharaan yang berarti produktivitas dapat menurun sebagai akibat dari jumlah nitrit yang besar. Hal ini dikarenakan nitrit merupakan senyawa yang toksik terhadap organisme perairan.
data produksi PT. Hasil Raya dari kisaran nilai koefisien korelasi nitrit pada keseluruhan petak tambak yang bernilai negatif berkaitan erat pada menurunnya hasil panen.
Hubungan TAN (Total Ammonia Nitrogen) didominasi nilai positif terhadap produktivitas yang berarti peningkatan biomassa dapat menyebabkan meningkatnya kandungan ammonia di tambak. Kondisi ini diakibatkan tingginya bahan organik di dasar tambak. Dengan kisaran nilai TAN yang cendurung melebihi batas toleransi membuktikan bahwa udang vanname memiliki daya tahan yang baik dibandingkan udang windu. Hubungan alkalinitas bernilai positif terhadap produktivitas yang berarti peningkatan biomassa meningkatkan nilai alkalinitas di tambak.
Berdasarkan hasil data produksi pada tabel 3 selama masa pemeliharaan terdapat perbedaan hasil pada tiap petakan. Petak B05 menghasilkan produktivitas terkecil sebesar 3291 kg/ha, dan petak A21 menghasilkan produktivitas sebesar 5495,5 kg/ha.Tingkat produktivitas berbanding lurus dengan tingkat penggunaan pakan. Semakin tinggi nilai produktivitas maka pakan yang dibutuhkan akan semakin tinggi. Hal ini sesuai pendapat Priatna (2004), pada pemeliharaan udang semakin meningkatnya biomassa udang vanname maka kebutuhan pakan akan semakin meningkat.
Pengelolaan pakan haruslah tepat sesuai dengan kebutuhan biota. Pemberian pakan yang berlebihan akan menurunkan efisiensi konversi pakan (Kordi dan Tancung, 2007). Seperti yang terlihat pada petak pemeliharaan A21 jumlah total pakan sebanyak 7.560 kg dengan nilai FCR 1,37 yang menghasilkan udang sebesar 5.495 kg/ha. Tingginya nilai FCR akan berpengaruh terhadap akumulasi bahan organik di perairan dan jika tidak diberikan treatment maka akan menimbulkan penurunan kualitas air. Jadi dapat disimpulkan nilai produktivitas tambak akan semakin meningkat diiringi dengan manajemen kualitas air yang baik.
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian – Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRAK
Usaha budidaya udang vanname (Litopenaeus vannamei) semakin pesat ditandai dengan sistem budidaya intensif. Budidaya intensif menggunakan padat tebar tinggi dan pemberian pakan yang diupayakan tepat (Xincai & Yongquan, 2001) sehingga kualitas air dapat dipertahankan dan sintasan tetap tinggi maka pertumbuhan dan produksi udang dapat mencapai target yang diharapkan. Permasalahan dalam sistem budidaya intensif udang vanname (Litopenaeus vannamei) yaitu penurunan kualitas air karena hasil metabolik penguraian sisa pakan dan feses udang yang tidak terkendali oleh tindakan pengelolaan kualitas air yang baik. Praktek kerja lapang di tambak PT. Hasil Raya bertujuan untuk mengetahui hubungan parameter kimia air terhadap produktivitas budidaya udang vanname secara intensif. Pengumpulan data dilakukan dengan partisipasi aktif dan survei data, selanjutnya data dianalisis dengan metode deskriptif dan analisa korelasi untuk mengetahui keeratan antar variabel. Dari hasil pengolahan data didapatkan bahwa hubungan parameter kualitas kimia air berkaitan erat dengan produktivitas tambak, terutama pada bahan organik total yang meningkat seiring dengan pertambahan biomassa sehingga diperlukan monitoring dan evaluasi. Sedangkan yang dapat menurunkan produktivitas tambak dipengaruhi oleh kadar nitrit yang tinggi di perairan. Disarankan untuk membangun instalasi bioremediasi untuk mengurangi dampak limbah sisa budidaya udang vanname sehingga tidak berdampak negatif terhadap ekosistem.
Kata Kunci : Kimia air, produktivitas, tambak, udang vanname
Produksi
Dari hasil analisis korelasi terhadap parameter kimia air yang memiliki hubungan erat terhadap produksi. Koefisien korelasi yang memiliki hubungan yang besar terhadap produksi adalah bahan organik (TOM). Hubungan antara bahan organik terhadap produksi bernilai positif yang berarti penyebab meningkatnya kandungan bahan organik total di tambak diiringi dengan peningkatan biomassa. Dengan meningkatnya biomassa udang di tambak, maka pakan yang diberikan semakin besar sehingga meningkatkan jumlah bahan organik di tambak.
Pada tabel 2 keseluruhan petak menunjukkan nilai positif pada parameter TOM (Bahan Organik Total) sehingga perlu dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi pada parameter ini. Kegiatan monitoring berupa penyiponan terhadap dasar tambak dan pergantian air untuk mengurangi akumulasi bahan organik. Sedangkan evaluasi berupa manajemen pakan untuk menentukan kebutuhan pakan yang diberikan karena pakan sumber utama penumpukan bahan organik di perairan (Priatna, 2004). Kedua kegiatan ini telah dilakukan secara intensif pada tambak PT. Hasil Raya namun masih saja belum efektif.
Hubungan nitrit terhadap produktivitas bernilai negatif pada keseluruhan petak tambak selama masa pemeliharaan yang berarti produktivitas dapat menurun sebagai akibat dari jumlah nitrit yang besar. Hal ini dikarenakan nitrit merupakan senyawa yang toksik terhadap organisme perairan.
data produksi PT. Hasil Raya dari kisaran nilai koefisien korelasi nitrit pada keseluruhan petak tambak yang bernilai negatif berkaitan erat pada menurunnya hasil panen.
Hubungan TAN (Total Ammonia Nitrogen) didominasi nilai positif terhadap produktivitas yang berarti peningkatan biomassa dapat menyebabkan meningkatnya kandungan ammonia di tambak. Kondisi ini diakibatkan tingginya bahan organik di dasar tambak. Dengan kisaran nilai TAN yang cendurung melebihi batas toleransi membuktikan bahwa udang vanname memiliki daya tahan yang baik dibandingkan udang windu. Hubungan alkalinitas bernilai positif terhadap produktivitas yang berarti peningkatan biomassa meningkatkan nilai alkalinitas di tambak.
Berdasarkan hasil data produksi pada tabel 3 selama masa pemeliharaan terdapat perbedaan hasil pada tiap petakan. Petak B05 menghasilkan produktivitas terkecil sebesar 3291 kg/ha, dan petak A21 menghasilkan produktivitas sebesar 5495,5 kg/ha.Tingkat produktivitas berbanding lurus dengan tingkat penggunaan pakan. Semakin tinggi nilai produktivitas maka pakan yang dibutuhkan akan semakin tinggi. Hal ini sesuai pendapat Priatna (2004), pada pemeliharaan udang semakin meningkatnya biomassa udang vanname maka kebutuhan pakan akan semakin meningkat.
Pengelolaan pakan haruslah tepat sesuai dengan kebutuhan biota. Pemberian pakan yang berlebihan akan menurunkan efisiensi konversi pakan (Kordi dan Tancung, 2007). Seperti yang terlihat pada petak pemeliharaan A21 jumlah total pakan sebanyak 7.560 kg dengan nilai FCR 1,37 yang menghasilkan udang sebesar 5.495 kg/ha. Tingginya nilai FCR akan berpengaruh terhadap akumulasi bahan organik di perairan dan jika tidak diberikan treatment maka akan menimbulkan penurunan kualitas air. Jadi dapat disimpulkan nilai produktivitas tambak akan semakin meningkat diiringi dengan manajemen kualitas air yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar