Minggu, 31 Januari 2016

PLANKTON, Tak Kenal maka Tak Sayang

                   

                                  Chlorella vulgaris (Sumber : algaebase.org)

Berbicara tentang plankton, mungkin kita sudah familiar dari pelajaran semasa SMA. Yap, plankton merupakan organisme baik kelompok tumbuhan berklorofil maupun hewan yang hidupnya melayang  dan bergerak pasif di kolom air. Plankton jika dilihat dari segi ukuran yang mikroskopiknya ternyata  memiliki peranan begitu besar bagi kehidupan di bumi. Penyumbang oksigen di bumi diyakini berasal dari plankton di lautan terutama fitoplankton. Kali ini saya tidak membahas tentang peranan plankton bagi kehidupan namun lebih kepada pengalaman saya dalam mempelajari plankton.
Kegiatan untuk analisa kelimpahan plankton menjadi parameter yang penting bagi budidaya udang. Karena peranan plankton bagi ekosistem tambak sangatlah besar seperti sumber oksigen utama, penyerap gas – gas beracun, peneduh, serta menekan pertumbuhan bakteri patogen. Untuk itu kelimpahan plankton di tambak budidaya harus dapat dipertahankan agar tetap stabil sehingga mampu mendukung keberhasilan budidaya udang. Namun, tahapan awal bagi analis untuk mampu menganalisa kelimpahan plankton yaitu pengenalan mikroskop, haemocytometer, identifikasi plankton, pengelompokkan klasifikasi plankton dan penghitungan kelimpahan plankton.  Dalam kegiatan analisa kelimpahan plankton kita menggunakan mikroskop . Mikroskop tidak hanya sekedar alat bantu kita untuk analisa kelimpahan plankton, perlu juga kita pahami dari tiap bagian dan fungsi dari mikroskop sehingga dapat kita pergunakan secara optimal. Penting untuk membaca instruksi dari buku manual mikroskop yang kita pergunakan.
Analisa kelimpahan plankton menggunakan metode penghitungan langsung dengan haemocytometer. Pada mulanya Haemocytometer  yang ditemukan oleh Louis Charles Malassez dipergunakan untuk penghitungan sel darah. Namun saat ini haemocytometer dipergunakan penghitungan jenis sel dan partikel mikroskopis lainnya. Tahapan selanjutnya adalah belajar identifikasi plankton. Nah tahapan inilah, kita harus mengenal tiap – tiap jenis plankton baik dari bentuk, warna, perubahan, pergerakannya, dan ciri – ciri khusus yang dimiliki. Saat ini, dengan teknologi informasi yang begitu pesat tentu belajar plankton lebih mengasyikkan. Karena kita dapat mudah mengakses berbagai portal website seperti algaebase.org tanpa perlu repot – repot membuka buku kunci identifikasi plankton.
Saat identifikasi plankton, kita tak hanya mengandalkan dari buku dan internet tetapi juga pendampingan dari analis senior maupun ahli lainnya. Karena jika sedari awal salah dalam mengidentifikasi spesies plankton akan menghasilkan data yang tidak akurat. Lakukan proses pencatatan (gambarkan) dan dokumentasikan dari tiap spesies plankton yang kita temukan, hal ini tentu akan sangat membantu tahapan identifikasi plankton. Jangan lupa untuk memberikan catatan khusus mengenai ciri, bentuk dan warna serta pergerakan dari plankton yang kita amati. Identifikasi plankton bukanlah kegiatan analisa yang dapat kita pelajari dalam satu minggu atau satu bulan saja. Membutuhkan waktu tergantung dari kebulatan tekad dan ketelitan tiap individu dalam memahami tiap – tiap spesies plankton. Seiring kita belajar identifikasi plankton, mulai juga mengelompokkan plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton beserta tiap filum/divisi di dalamnya.
Syarat kita mulai melakukan penghitungan kelimpahan plankton yaitu mampu menghafal dan memahami minimal 30 spesies plankton. Penghitungan kelimpahan plankton menggunakan haemocytometer dan alat bantu hitung yaitu hand tally counter. Saat kita menghitung kelimpahan tiap spesies plankton kita disarankan untuk tetap fokus dan tenang. Semua jenis plankton yang kita temukan pada kuadran haemocytometer harus dihitung. Kemudian kita konversikan tiap spesies yang ditemukan dalam bentuk individu (sel) / ml. Selanjutnya baru kita klasifikasikan sesuai kelas plankton. Data analisa kelimpahan plankton berupa prosentase (%) dari tiap kelas plankton, dan jumlah plankton total. Hmmm, ribet juga ya analisa kelimpahan plankton?! Tidak juga asal kita menjalaninya dengan ikhlas. Happy working people J





Minggu, 17 Januari 2016

Pay for Plastic, Pay for Future

Pay for Plastic, Pay for Future
Cerita ini bermula dari acara jalan - jalan saya ke sebuah mall di Malang, saat itu saya mengunjungi booth dari WWF (World Wildlife Fund). Volunteer WWF menjelaskan berbagai progam WWF untuk kelestarian alam dan satwa namun juga memberikan informasi yang penting bagi masyarakat awam. Indonesia menempati urutan kedua setelah Tiongkok sebagai negara produksi sampah plastik yaitu 5,4 juta ton per tahun. Tak terlalu mengejutkan, karena kebiasaan masyarakat Indonesia yang cenderung konsumtif dalam kehidupan sehari – hari begitu erat dengan penggunaan kantong plastik tanpa diiringi perilaku bijak dalam mempergunakannya. Jadi, sudah tahukah anda, per tanggal 21 Februari 2016 mulai diberlakukan “Kebijakan Kantong Plastik Berbayar” atau “Pay for Plastic”  di Indonesia?! Hmm, kebijakan ini akan dibebankan konsumen dengan membayar tiap kantong plastik yang dipergunakan pada ritel – ritel modern. Waah.. jadi tidak ada kantong plastik yang gratis nih?!
Apa sih tujuan dari Kebijakan Kantong Plastik Berbayar? Kenapa kita diwajibkan membayar untuk kantong plastic? Apa yang dapat kita lakukan untuk mendukung Diet Kantong Plastik?
Saat kita berbelanja di ritel modern, coba sejenak perhatikan tulisan seperti gambar di bawah ini






 “Tas ini dapat hancur dengan sendirinya” atau “Tas plastik ini akan hancur dengan terurai dalam waktu 2 tahun saja” . Tentu saja kekhawatiran kita untuk mencemari lingkungan menjadi berkurang. Karena kita meyakini kantong plastik yang kita pergunakan termasuk kategori ramah lingkungan. Kan kantong plastic itu akan hancur, toh pergunakan saja. Maka, makin rendahlah kesadaran masyarakat untuk menggunakan kantong plastik secara bijak. Dari berbagai sumber yang saya baca, nyatanya kantong plastik itu tak kan terurai dengan sendirinya. Dibutuhkan suhu tinggi atau lebih dari 500C , radiasi cahaya matahari hingga paparan udara menjadi syarat agar plastik tersebut bisa terurai. Butuh waktu ratusan tahun agar kantong plastik tak mudah untuk teruraikan oleh tanah. Kondisi tanah yang tercemar plastik akan menurun kesuburannya. Pemusnahan kantong plastik dengan cara membakar malah menimbulkan penyakit bagi manusia akibat asap dari bahan – bahan kimia berbahaya sebagai penyusun kantong plastic.
Namun bagaimana jika kantong plastik yang kita kira “ramah lingkungan” itu terbawa hingga ke laut? Mampirlah ke youtube sebuah animasi sederhana dari National Geographic berjudul “Are you eating plastic for dinner?” dengan durasi + 4 menit akan menyajikan dampak dari penggunaan plastic bagi lingkungan dan manusia. Plastik yang terurai menjadi  mikroplastik seukuran plankton tertelan biota laut dan masuk ke rantai makanan. Biota laut seperti ikan, kerang, cumi dan lain – lain yang tak sengaja menelan mikroplastik itu, kita konsumsi. Tentu hal ini menimbulkan permasalahan kesehatan jika kita secara kontinu mengkonsumsinya.
Diet Kantong Plastik merupakan langkah yang baik bagi kita untuk mengubah mindset dan gaya hidup. Pergunakan kantong plastic yang sama secara berulang. Saat berbelanja, berusahalah untuk kita membawa tas pakai ulang. Langkah kecil ini, selain kita berhemat dari pembayaran kantong plastic juga menghemat penggunaan kantong plastic yang akan berujung pada limbah. Pada awalnya pasti sulit, tapi tentu patut dicoba bukan.
Pay for plastic. Sudah siapkah kita sebagai konsumen untuk membayar tiap kantong plastic yang kita pergunakan, namun wujudkan kesadaran kita untuk mengubah mindset dan perilaku dengan mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan. Karena masalah lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Pay for future. Siapkah kita menghadapi berbagai masalah kesehatan, lingkungan, kelestarian makhluk hidup jika kita tidak mengubah mindset dan gaya hidup kita. Let’s change for better future.


Menjadi Ibu

  Perempuan memiliki fitrah untuk menjadi seorang ibu, tapi saya sendiri pun menyadari bahwa saya terlahir pada generasi perempuan yang tida...