Minggu, 19 Februari 2017

Manajemen Kualitas Air dalam Budidaya Udang Vanname

Cek Anco di salah satu tambak Situbondo (Dokumentasi Pribadi)

Manajemen kualitas air adalah merupakan suatu upaya memanipulasi kondisi lingkungan sehingga berada dalam kisaran yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan ikan. Di dalam usaha perikanan, diperlukan untuk mencegah aktivitas manusia yang mempunyai pengaruh merugikan terhadap kualitas air dan produksi ikan (Widjanarko, 2005). Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya (Effendi, 2003).Kualitas air yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan penurunan produksi dan akibatnya keuntungan yang diperoleh akan menurun dan bahkan dapat menyebabkan kerugian (Darmono, 1991). 
A. Parameter Fisika
1.  Suhu
Suhu air merupakan salah satu faktor  dalam kehidupan udang di tambak. Suhu air sangat berkaitan dengan konsentrasi oksigen di dalam air dan laju konsumsi oksigen hewan air (Tarsim, 2000). Suhu air berbanding terbalik dengan konsentrasi oksigen di dalam air dan berbanding lurus dengan laju konsumsi oksigen hewan air (Ahmad, 1992). Suhu air yang optimal dalam pembudidayaan udang adalah 28-30oC. Pada suhu rendah metabolisme udang menjadi rendah dan secara nyata berpengaruh terhadap nafsu makan udang yang menurun (Boyd, 1989). Menurut Wardoyo (1997) menyatakan bahwa suhu air mempengaruh reaksi kimia perairan dan reaksi biokimia di dalam tubuh udang. Pada suhu di bawah 230C atau lebih dari 300C akan mengalami penurunan pertumbuhan (Wyban et al., 1995).  
2 Salinitas
Salinitas adalah total konsentrasi ion yang terlarut dalam air (Boyd, 1990). Ion - ion penyusun utama yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya salinitas adalah Chlor, Natrium, Sulfat, Magnesium, Kalsium, Kalium dan Bikarbonat. Salinitas merupakan parameter penting karena berhubungan dengan tekanan osmotik dan ionik air baik sebagai media internal maupun eksternal (Budiardi, 1999). Kisaran salinitas optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup juvenile udang vanname adalah 33-40 ppt dengan kisaran suhu 28-300C (Palafox et al.,1996). Wajidjah (1998) menyatakan salinitas berhubungan dengan tingkat osmoregulasi udang. Jika salinitas diluar kisaran optimum, pertumbuhan udang menjadi lambat karena terganggunya proses metabolisme akibat energi lebih banyak dipergunakan untuk proses osmoregulasi.
3. pH 
pH adalah logaritma negatif dari aktifitas ion hidrogen (Boyd, 1990). Perubahan kecil nilai pH perairan memiliki pengaruh yang besar terhadap ekosistem perairan, karena nilai pH perairan sangat berperan dalam mempengaruhi proses dan kecepatan reaksi kimia didalam air maupun reaksi suatu biokimia di dalam air. Untuk dapat hidup dan tumbuh dengan baik organisme air (ikan dan udang) memerlukan medium dengan kisaran pH antara 6.8-8.5 (Ahmad, 1991 dan Boyd, 1992). Pada pH dibawah 4,5 atau diatas 9,0 udang akan mudah sakit dan lemah, dan nafsu makan menurun bahkan udang cenderung keropos dan berlumut. Apabila nilai pH yang lebih besar dari 10 akan bersifat lethal bagi ikan maupun udang (Ahmad, 1991). Umumnya, pH air tambak pada sore hari lebih tinggi daripada pagi hari. Penyebabnya yaitu adanya kegiatan fotosintesis oleh pakan alami, seperti fitoplankton yang menyerap CO2. Sebaliknya pada pagi hari CO2 melimpah sebagai pernafasan udang (Haliman dan Adijaya, 2002). Perbaikan nilai pH yang optimal perlu dilakukan aplikasi pengapuran pada saat masa pemeliharaan udang di tambak (Boyd, 1982 dan Adiwidjaya dkk, 2001) yaitu menggunakan beberapa jenis kapur yang dianjurkan dengan dosis antara 5-20 ppm (sesuaikan dengan jenis kapur yang diaplikasikan).
4. Warna dan Transparansi Perairan
Kecerahan (transparancy) perairan dipengaruhi oleh bahan-bahan halus yang melayang-layang dalam air baik berupa bahan organik seperti plankton, jasad renik, detritus maupun berupa bahan anorganik seperti lumpur dan pasir (Hargreaves, 1999). Dalam kolam budidaya, kepadatan plankton memegang peranan paling besar dalam menentukan kecerahan meskipun partikel tersuspensi dalam air juga berpengaruh. Plankton tersebut akan memberikan warna hijau, kuning, biru-hijau, dan coklat pada air (Boyd, 2004). Selanjutnya dikatakan bahwa kedalaman air yang dipengaruhi oleh sinar matahari (photic zone) di danau atau tambak sekitar dua kali nilai pengamatan dengan menggunakan secchi disk. Semakin kecil kecerahan berarti semakin kecil sinar matahari yang masuk sampai dasar tambak yang dapat mempengaruhi aktvitas biota di daerah tersebut.
B Parameter Kimia
1 Total Amonia Nitrogen (TAN)
Kandungan ammonia dalam tambak berasal dari sisa metabolisme hewan air dan dari dekomposisi bahan organik dari bakteri (Boyd, 1991). Amonia merupakan senyawa nitrogen yang bersifat toksik bagi udang (Handojo, 1994). Konsentrasi amonia yang mampu ditolerir untuk kehidupan udang dewasa < 0,3 ppm (Ahmad, 1991 dan Boyd, 1989), dan ukuran benih < 0,1 ppm. Reaksi keseimbangan antara ammonia (NH3) dan ammonium (NH4+) adalah sebagai berikut
NH3 + H2O                  NH4+ + OH+

Keseimbangan konsentrasi ammonia bebas dan ammonium dalam air dipengaruhi oleh suhu, pH dan salinitas. Jika pH dan suhu meningkat maka konsentrasi fraksi ammonia (NH3) meningkat lebih tinggi daripada konsentrasi ammonium (NH4+) sehingga meningkatkan daya racun terhadap udang (Chien, 1992). Peningkatan daya racun amonia juga dipengaruhi oleh rendahnya kandungan O2 terlarut dalam air (Tarsim, 2000).
2 Total Organik Matter (TOM)
            Bahan organik merupakan bahan yang dapat terdekomposisi secara aerob dan anaerob. Konsentrasi bahan organik berpengaruh terhadap konsentrasi oksigen terlarut (Wardoyo, 1988). Menurut Eckenfelder dan O’Connor (1961) dalam Cholik et al., (1998), adanya peningkatan bahan organik dalam perairan akan diikuti dengan peningkatan pemakaian oksigen oleh mikroorganisme pengurai sehingga kadar oksigen menurun. Kandungan bahan organik, baik pada perairan umum maupun petakan tambak dalam jumlah yang tinggi merupakan ancaman bagi kehidupan organisme. Hal ini akan mengalami pengendapan dan terdekomposisi menjadi senyawa yang bersifat racun bagi udang dan organisme lainnya, seperti hal ammonia (NH3), dan Nitrit (NO2). Kisaran optimal kandungan bahan organik untuk pemeliharaan udang adalah antara  50 – 60 ppm (Anonim, 2002), pendapat lain bahwa bahan organik total dan TSS (total suspensi) berkisar antara 70 – 120 ppm. 
3 Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas buffer air yang dinyatakan dalam mg/l dari CaCO3. Semakin sadah air, semakin baik bagi usaha budidaya ikan maupun udang dengan nilai optimalnya 120 mg/l dan nilai maksimumnya 200 mg/l. Kesadahan total merupakan isilah yang digunakan untuk menggambarkan proporsi ion magnesium dan kalsium (Anonim., 1985 dan Ahmad., 1991). Parameter ini di ukur untuk menyediakan tambak udang dengan kondisi yang identik dengan lingkungan alaminya. Perairan dengan alkalinitas rendah mempunyai daya penyangga (buffer capacity) yang rendah terhadap perubahan pH. Alkalinitas air sangat erat kaitannya dengan tersedianya karbondioksida (CO2) untuk proses fotosintesis tumbuhan air terutama fitoplankton. Kondisi alkalinitas yang stabil dan optimal sebagai buffer pH diperlukan pengeceran salinitas dan penumbuhan plankton serta oksigenasi yang cukup (Adiwidjaya dkk, 2003).
C. Paramater Biologi
1  Plankton
Plankton mempunyai banyak fungsi, antara lain sebagai pakan alami, penyangga (buffer) terhadap intensitas cahaya matahari dan bioindikator kestabilan lingkungan air media pemeliharaan, bahan organik yang menumpuk dalam jumlah banyak juga merupakan sarang bakteri dan vibrio yang merugikan budidaya udang vannamei (Solis dan Ibarra, 1994 dalam Zakaria, 2010).  Suyanto et al., (1991) menjelaskan bahwa terlalu tingginya populasi plankton akan membahayakan udang pada malam hari, karena hal tersebut akan mempengaruhi tingkat ketersediaan oksigen terlarut dalam air dan akan menjadi kompetitor udang dalam mengambil oksigen.
Jenis fitoplankton yang diharapkan adalah selain jenis dari kelompok alga hijau biru (Cyanophyceae) dan selain dari kelompok Dinoflagellata. Kepadatan plankton yang baik untuk budidaya udang adalah sekitar 80 – 120.000 sel. ml -1 (Clifford, 1992 dalam Jaya, 1999). Untuk itu para operator tambak melakukan pemantauan kepadatan dan jenis plankton dengan pengamatan kecerahan atau transparansi air tambak dan pengamatan warna air. Kecerahan yang diharapkan adalah antara 30 cm dan 35 cm. Keberadaan jenis plankton yang ada di tambak sangat tergantung pada jenis plankton yang ada di perairan pantai atau laut.  Apabila kurang maka dilakukan pemupukan menggunakan pupuk Urea dan TSP dengan takaran masing-masing 25 dan 12,5 kg/Ha (Simon, 1988 dalam Jaya, 1999).
2 Total Bakteri dan Total Vibrio
Salah satu indikator penting terhadap keberhasilan budidaya udang di tambak adalah populasi dan kelimpahan vibrio dan bakteri pada air media pemeliharaan. Menurut Prastowo (2007), keberadaan kemelimpahan bakteri dan vibrio pada air media pemeliharaan dapat untuk mendeteksi dini serangan penyakit,  tetapi juga sekaligus dapat menunjukkan adanya penurunan kualitas lingkungan tambak. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemelimpahan vibrio 102 – 103 CFU/ml merupakan level aman, 103 – 104 CFU/ml merupakan level stress dan > 104 CFU/ml merupakan level kritis, dengan dominasi vibrio bakteri adalah < 5% level aman, 6 – 10% adalah level stress dan > 10 % adalah level kritis. Selain itu, baik bakteri maupun vibrio tetap harus diwaspadai yang berada di kolom air dan dasar sedimen tanah, juga ditubuh organisme (udang) perlu diperhatikan kemelimpahannya (Taslihan, et al. 2003). Bakteri yang berbahaya bagi manusia dalam hewan akuatik, termasuk udang dari budidaya di tambak adalah dari jenis Salmonella (Rukyani, A. 2002), kemelimpahan bakteri dari jenis Salmonella dalam tubuh udang yang membahayakan bagi konsumen tidak lebih dari 105 CFU/ml.

11 komentar:

  1. Artikel bagus.. hny praktik nya yg pasti sulit utk diaplikasikan oleh petambak tradisional...

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul tapi bisa jika petambak tradisional membuat kelompok budidaya selanjutnya iuran untuk membuat laboratorium mandiri, nanti bisa dilakukan pengecekan kualitas air secara berkala bagi tiap petakan petambak mas.

      Hapus
  2. Mbak saya ingin bertanya, apakah riset ini bisa di praktikan di tambak darat / tambak air tawar? Dan apa ada perawatan lebih khusus untuk tambak darat ini? Terima kasih

    BalasHapus
  3. bagaimana cara mengobati udang yang terserang vibrio ??

    BalasHapus
  4. Hai untuk artikelnya sangat membantu dan bermanfaat
    Apalagi jika disertakan referensi dari penulisan blog terimakasih

    BalasHapus
  5. kak, kalo aku ku mau nanya2 soal vibrio bisa kontak kakak kemana ya? terimakasih

    BalasHapus
  6. di mana cari tenaga ahlinya ???

    BalasHapus
  7. di mana cari tenaga ahlinya ???

    BalasHapus
  8. TDS untuk udang vaname yg baik ada yg mengatakan 300-600 ada dibawah 300 ada 150-200 yg bener yg mana??? mohon pencerahan.

    BalasHapus

Menjadi Ibu

  Perempuan memiliki fitrah untuk menjadi seorang ibu, tapi saya sendiri pun menyadari bahwa saya terlahir pada generasi perempuan yang tida...