Sabtu, 04 Februari 2017

Sekelumit Cerita tentang Perjalanan ke Bantaeng & Makassar (Part 2)


Menepati janji, menulis cerita perjalanan ke Bantaeng & Makassar, Sulawesi Selatan. Baiklah untuk pembaca, harap maklum atas runtutan cerita dan banyak curhatan saya didalamnya. Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca.

20 Januari 2017
          Tabuhan alat musik di kediaman mulai menyemarakkan pagi. Hal ini menjadi penanda bahwa di rumah tersebut sedang diadakan acara pernikahan. Pelaminan telah terhias dengan apik, tak lupa berbagai hidangan khas Makassar seperti Sup Konro telah terhidang di meja rumah untuk menjamu kerabat serta tetangga mulai berdatangan ke rumah dari jam 10.00 WITA. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 WITA, saya menemani mbak Risma untuk dirias di rumah perias pengantin. Kebetulan periasnya berhalangan hadir ke rumah, karena pada hari yang sama harus merias 5 pengantin juga. Di rumah perias pengantin terdapat banyak sekali koleksi gaun pengantin adat Makassar, baju bodo Makassar beserta aksesorisnya. Tentu menjadi pengalaman pertama bagi saya melihat baju pengantin Makassar yang berbeda dengan baju pengantin Jawa.
Setelah mbak Risma sudah selesai didandani dan memakai gaun pengantin Makassar iaplah kita kembali ke rumah, untuk melakukan prosesi keluarga beserta pengantin pria mendatangi rumah pengantin perempuan. Nah, walaupun sudah sah berstatus suami istri kedua pengantin belum bisa bersama dalam satu rumah. Keluarga pihak pengantin pria yaitu Mas Nadyr hadir dengan membawa hantaran. Riuh suara alat musik mengiringi prosesi ini. Selanjutnya agenda makan bersama.  Setelah itu, keluarga pihak pengantin pria pulang. Eitss, masih belum selesai rangkaian acaranya. Selang beberapa saat,kedua pengantin dan perwakilan pihak keluarga perempuan berkunjung ke rumah Mas Nadyr. 
Acara resepsi dilaksanakan selepas sholat Isya. Baiklah untuk pertama kalinya saya memakai baju bodo Makassar. Ternyata oh ternyata,  permintaan dari keluarga abang, saya diminta untuk duduk sebagai pengiring pengantin dan duduk di pelaminan berdampingan dengan pengantin dan calon ibu mertua. Kehadiran saya dianggap mewakili ketidakhadiran abang Indar mengingat sedang dinas di  Bitung, Sulawesi Utara. Sebenarnya perasaan saya ada yang hilang dan sedih karena karena berharap abang bisa hadir di pernikahan adiknya.  Pasti begitu pula perasaan hati Mbak Risma dan keluarga. Semoga kehadiran saya bisa menjadi kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Saat di depan pelaminan, saya merasakan tatapan penasaran bagi para tamu yang hadir. Karena tentu saja, saya begitu asing di mata mereka. Siapakah saya? Saat bersalaman dengan para tamu, calon Ibu mertua saya tidak segan – segan mengenalkan saya sebagai calon menantunya. Saya hanya bisa tersenyum sambil mengenalkan diri. Hiburan musik elekton ikut meramaikan acara resepsi malam itu. Tentu saja, malam itu kita tak melewatkan prosesi foto – foto. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 21.15 WITA. Baiklah, waktunya pengantin beserta rombongan meninggalkan pelaminan. 
Setelah resepsi pernikahan, tentu normalnya kita beristirahat. Nah ternyata itu bukan pilihan kita. Saya, ibu, tante Ade, tante Hasni beserta keponakan (Hanjar, Haykal, Hari dan Ita) serta  tante Hasni menikmati malam di Pantai Seruni. Menurut saya, kota Bantaeng termasuk daerah dengan kategori maju pembangunannya, tata kota yang apik dan saya akui tingkat kebersihan kotanya. Yang paling penting kerindangan pepohonan, jalan aspal mulus dan tidak ada kemacetan. Hehe. Pantai Seruni di malam hari menawarkan pemandangan lautan berhiaskan lampu – lampu di pepohonan. Wisatawan dapat menghabiskan waktu dengan menikmati wisata kuliner. Saya mencicipi Sarabba’ lho. Minuman khas Makassar yang terbuat dari campuran jahe, kuning teluar, gula aren, santan dan merica bubuk yang bisa menghangatkan tubuh. Pantai Seruni akan sangat ramai pengunjungnya ketika malam minggu tentu didominasi kaum muda. Semilir angin laut ditemani sepiring pisang epe dan segelas sarabba bisa membuat betah duduk berlama – lama bersama keluarga atau teman berbincang di Pantai Seruni. Selama berkunjung ke Bantaeng belajar bahasa daerah Makassar juga menjadi daya tarik bagi kami selain wisata dan kulinernya. 
Kekaguman saya pada Kabupaten Bantaeng terletak pada kemajuan daerahnya dengan ditandai berdirinya gedung tinggi menjulang dan ternyata itu adalah RSUD Bantaeng yang baru saja diresmikan oleh Bupati Nurdin Abdullah telah siap melayani masyarakat Bantaeng. Rumah sakit yang memiliki fasilitas komplit dan didukung tenaga medis handal sangat dibutuhkan. Bayangkan dibutuhkan waktu perjalanan darat 4 jam bagi pasien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit Makassar. Selain itu,  untuk menanggulangi permasalahan pemukiman kumuh yang dihuni nelayan  dan pembudidaya rumput laut di kawasan pesisir Bantaeng telah berdiri rusunawa dekat dengan Pelabuhan Bantaeng. Tentu hal ini patut  diapresiasi dan dapat diaplikasikan untuk mengatasi pemukiman di wilayah pesisir. Selama di Bantaeng memang saya belum terlalu mengeksplor tempat wisata yang lain mengingat keterbatasan waktu. Bersabarlah put, sebentar lagi Bantaeng akan menjadi salah satu kota tujuan untuk pulang kampung. Amin.  
To Be Continued … Part 3


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Ibu

  Perempuan memiliki fitrah untuk menjadi seorang ibu, tapi saya sendiri pun menyadari bahwa saya terlahir pada generasi perempuan yang tida...