Jumat, 02 Januari 2015

Akankah Soe Hok Gie Masuk Surga ?



Sosok Aktivis Sejati, Soe Hok Gie
Oleh : Restu Putri Astuti

Soe Hok Gie. Sosok pemuda modernisator populis. Langka. Ya langka. Sulit sekali pada zaman serba modern ditemui sosok pemuda seperti Soe Hok Gie. Mengapa sulit? Dari historis yang saya baca dari buku “Zaman Peralihan” dan film Gie yang dibintangi Nicholas Saputra beliau merupakan seorang yang menguji pengetahuan yang dimiliki kepada kenyataan kehidupan ditengah masyarakat. Idealis atau apatis. Dan idealislah yang dia pilih. Sejauh-jauhnya. Di tengah zaman peralihan dari Orde Lama menjadi Orde Baru, kawan-kawan aktivis seperjuangannya berubah haluan menjadi kaum birokrat yang menjelma berebut kreditan mobil Holden. Hok Gie tetap menjadi pemuda idealis hingga diakhir hayatnya.
Kutipan puisi favorit Soe Hok Gie “Berbahagialah mereka yang mati muda”. Dan benar saja diumur yang masih muda 27 tahun, Hok Gie menghembuskan nafas terakhirnya di Puncak Gunung Semeru, tepat sehari sebelum ulang tahunnya. Naik turun gunung menjadi aktivitas yang tak terlepas dari Hok Gie. Pendiri MAPALA UI itu memang terkadung kasmaran dengan gunung. Dia beralasan dengan pertumbuhan fisik yang sehat akan menunjang pertumbuhan jiwa yang sehat pula. Mencintai sesuatu dengan mengenal obyeknya. Itulah alasannya naik gunung. Hok Gie kecil memang terlahir sebagai pemuda kecil yang kritis, melahap berbagai  judul buku untuk memperkaya pemikirannya dan tak lupa menuliskannya di buku harian. Tak sekali dua kali dia bersinggungan dengan Ibu maupun gurunya. Mempertanyakan hal yang bagi Hok Gie tidak benar di hatinya.
Menjadi seorang aktivis bagi Soe Hok Gie memainkan peran kaum intelektual dalam mengasah sensitivitas terhadap permasalahan yang timbul di masyarakat. Soe Hok Gie tak segan berteriak lantang dari demo ke demo, menuangkan kritikan tajam dengan analisisnya kepada pemerintahan di berbagai media, tetapi juga menikmati kehidupannya menjadi seorang mahasiswa FSUI. Hok Gie menjadi orang pertama yang mengkritik tajam pemerintah terhadap pembunuhan eks PKI/Gestapu. Hok Gie menjadi aktor adanya aliansi mahasiswa-ABRI di zamannya. Bahkan Hok Gie tak segan mengkritik teman sesama aktivis yang menjelma menjadi birokrat haus kekuasaan. Diujung karirnya sebagai mahasiswa setelah 6,5 tahun, ternyata Soe Hok Gie mengalami kegalauan. Karena di dunia mahasiswa, dia merasa hidup. Pasca mahasiswa sebagai dosen di FSUI masa paling tidak menarik baginya. Tak melulu tentang politik, kisah cinta menjadi bagian dari perjalanannya,  dua kali ia pacaran dan gagal karena ditolak keluarga sang pacar. Kisah persahabatannya dengan kawan-kawannya menjadi bingkai manis dalam hidup Soe Hok Gie.
Berbicara aktivis muda saat ini kurang peka terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Terlalu terlena akan kesibukan kampus yang menghimpit 4 tahun wajib lulus. Dilema. Aktivis saat ini serasa melompom. Kehilangan suara dan pergerakan. Mungkin karena kurangnya sosok panutan yang menjadi inspirator. Oya, ternyata menurut Dr. Kuntowijoyo pergerakan aktivis muda saat ini cenderung memilih isu-isu kemasyarakatan di lapisan bawah dan tak jarang timbul karena adanya penapisan dana. Pemuda jarang sekali yang berani lantang bersuara seperti Soe Hok Gie dengan mencantumkan nama dan kronologis berdasarkan fakta dan analisisnya. Melakukan pergerakan. Memang tidak salah, aktivis terjun langsung ke pelosok desa untuk memerankan kepekaan sosial masyarakat tetapi yang perlu kita cermati sesekali aktivis muda harus bergerak mempertanyakan, memperingatkan dan memberikan solusi kepada pemerintah tentang permasalahan bangsa saat ini.
Kekaguman saya terhadap sosok Soe Hok Gie membuat saya berangan. Andai Indonesia memiliki 1 orang seperti Soe Hok Gie eh tidak 10 bahkan seratus pemuda-pemudi yang menginspirasi karena pergerakan dan pemikiran. Tidak silau akan iming-iming kekuasaan, berbudi pekerti luhur dan intelektual. Adakah di Indonesia ini sosok seperti dia? Jika Soe Hok Gie masih hidup, akankah dia tetap idealis atau menjadi bagian kompromis di 44 tahun  (usia seharusnya jika Hok Gie hidup di 2013) masa tuanya ?Soe Hok Gie, akankah masuk surga? Masuk surga pemikiran dan tindakan dalam jiwa-jiwa aktivis muda zaman sekarang. Sebuah pertanyaan yang menggelitik.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Ibu

  Perempuan memiliki fitrah untuk menjadi seorang ibu, tapi saya sendiri pun menyadari bahwa saya terlahir pada generasi perempuan yang tida...