Senin, 05 Januari 2015

Rekayasa Virtual Pembenihan “Yellow Fin Tuna” sebagai Revolusi Kemandirian Pangan Indonesia

Ikan Tuna Sirip Kuning

Pertambahan penduduk dunia menyebabkan kebutuhan ikan sebagai sumber protein hewani masyarakat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk memenuhi kebutuhan ikan mendorong kegiatan perikanan tangkap pada titik eksploitasi sumberdaya ikan berlebih. Yellow fin tuna atau ikan tuna sirip kuning  mengalami penurunan hasil tangkapan tiap tahunnya seiring dengan makin intensifnya kegiatan penangkapan seperti penambahan armada penangkapan. Laboratorium Data (2011), menyatakan terjadi penurunan produksi tuna sirip kuning yang didaratkan di Pelabuhan Benoa tahun 2009 yang mencapai 7.240 ton menjadi 5.372 ton pada tahun 2010. Kegiatan penangkapan ikan tuna sirip kuning yang tidak memperhatikan aspek keberlanjutan menyebabkan penurunan populasi di alam. Tidak hanya penurunan populasi, namun juga penurunan ukuran dan berat ikan yang tertangkap. Penurunan hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning baik dari segi kualitas dan kuantitas mengancam kemandirian pangan terutama penyediaan sumber protein hewani.
Akuakultur sebagai kegiatan memproduksi organisme akuatik dalam lingkungan terkontrol untuk menghasilkan keuntungan menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan penurunan hasil tangkapan ikan tuna sirip kuning. Berbagai negara seperti Jepang, Eropa dan Australia serta Indonesia tengah melakukan berbagai upaya untuk melakukan pembenihan ikan tuna. Di Indonesia telah berupaya melakukan pembenihan di dalam bak pemeliharaan. Namun terkendala berupa kematian induk dan larva ikan tuna sirip kuning. Hal ini diakibatkan kurangnya data riset aspek reproduksi ikan tuna sirip kuning. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) melaksanakan kegiatan budidaya ikan tuna sirip kuning di Gondol Bali berupa tahap pembesaran/fattening di keramba jaring apung laut sehingga kebutuhan benih bergantung ketersediaan di alam.
Untuk itu diperlukan revolusi dalam kegiatan budidaya ikan tuna sirip kuning yang selama ini masih dalam tahap penggemukan. Rekayasa virtual merupakan suatu pendekatan teknologi manipulasi lingkungan pada kegiatan pemijahan ikan dalam lingkungan terkontrol dengan meniru tingkah laku pemijahan di alam. Rekayasa virtual didukung dengan data riset aspek biologi reproduksi, tingkah laku pemijahan dan manipulasi lingkungan. Rekayasa virtual diharapkan mampu merangsang induk ikan tuna sirip kuning yang dipelihara di kolam untuk memijah. Rekayasa virtual diawali dengan pemilihan induk ikan tuna sirip kuning yang telah matang gonad ditandai berat total 20 kg. Selanjutnya, induk ikan tuna sirip kuning melakukan perjalanan virtual melalui rekayasa lingkungan seperti suhu, arus, kedalaman, keberadaan bulan dan lain sebagainya. Setelah induk ikan tuna sirip kuning memijah, proses pemeliharaan larva berperan penting dalam kesuksesan kegiatan pembenihan.

Hasil dari kegiatan riset dalam rekayasa virtual diharapkan dapat diadaptasi oleh masyarakat sehingga menjadi kegiatan berpotensi ekonomi tinggi. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggalakkan riset budidaya ikan tuna sirip kuning dan menjalin kerjasama dengan pihak terkait sehingga memperoleh data pendukung untuk aplikasi rekayasa virtual. Diharapkan melalui rekayasa virtual dalam pembenihan mampu memproduksi benih ikan tuna sirip kuning yang unggul dan kontinu. Serta menjadi solusi untuk menjamin kemandirian pangan dan kelestarian ikan tuna sirip kuning. 

Oleh : Restu Putri Astuti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Ibu

  Perempuan memiliki fitrah untuk menjadi seorang ibu, tapi saya sendiri pun menyadari bahwa saya terlahir pada generasi perempuan yang tida...