Kamis, 08 Januari 2015

Spirulina, a Food of the Future




Spirulina                                Spirulina  dalam bentuk serbuk     dan tablet


Oleh : Restu Putri Astuti

Kemajuan teknologi dan gaya hidup kita mulai menganggu keseimbangan kehidupan di bumi. Tanpa disadari kita telah mengubah bumi menjadi tempat sampah raksasa dan penampungan polusi dalam waktu yang relatif singkat. Bakteri, virus, racun kimia, pemanasan global dan perubahan iklim akibat penurunan daya dukung lingkungan mengancam kesehatan kita. Berbagai penyakit yang timbul diduga diakibatkan oleh faktor lingkungan. Bagaimana persiapan dan pilihan kita untuk mengembalikan kesehatan diri, masyarakat dan seluruh planet bumi ?
Makanan menjadi salahsatu komponen penting penopang kehidupan kita. Namun banyak makanan yang kita makan ternyata beracun/tidak sehat untuk kesehatan jangka panjang. Seperti kanker, serangan jantung, penyakit degenerasi, penurunan imun dan penyakit kronis lainnya telah menyadarkan kita bahwa adanya perubahan genetik mikroorganisme dalam makanan yang beresiko terhadap kesehatan kita. Disisi lain, sekitar ¾ dari lahan di daerah tropis dipergunakan sebagai pertanian untuk memproduksi pangan yang turut menurunkan daya dukung lingkungan . Seperti penggunaan pupuk berlebihan yang menggerus keberadaan air bersih, mengotori lingkungan, membunuh makhluk hidup, dan mengubah hutan menjadi gurun. Begitu besarnya ancaman kesehatan yang turut berpengaruh pada lingkungan kita.
Mungkin masyarakat awam, baru sebatas mengenal Spirulina sebagai masker kecantikan  yang mampu meningkatkan pesona diri dengan kemampuannya dalam mengencangkan kulit, mengurangi jerawat dan lain sebagainya. Padahal Spirulina tidak hanya berguna dari segi kecantikan saja namun juga bisa menjadi makanan masa depan kita. Spirulina  adalah mikroalga jenis alga hijau biru (blue green algae) tidak mengandung kloroplas ataupun nucleus dan berbentuk spiral. Spirulina disebut juga sebagai makanan super karena kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan makanan, tanaman atau herbal lainnya. Nutrisi dan fitonutrisi menjadikan salah satu alternatif makanan yang dijadikan suplemen dengan kandungan protein, asam amino, vitamin, mineral, asam amino esensial, dan fitonutrient.
            Sejarah menyatakan bahwa Spirulina telah dikonsumsi oleh masyarakat primitif seperti pada abad ke-16 suku Aztec yang memanen Blue green Algae (Spirulina) di danau Meksiko sebagai bahan makanan. Selain itu tahun 1940, laporan Dangeard, phycologist asal Prancis yang menemukan makanan bernama dihe dikonsumsi oleh Kanembu suku dekat Danau Chad. Dihe adalah kue yang terbuat dari blue green algae yang dikumpulkan dari kolam kecil dekat Danau Chad. Dangeard juga mendengar kabar jika jenis algae yang sama (Spirulina) tersebut menjadi makanan pokok bagi burung flamingo yang hidup di sekitar danau di Afrika Timur.
            Lantas, bagaimanakah cara mengkonsumsi Spirulina ? Cara yang paling menyenangkan untuk mengkonsumsi serbuk hijau  Spirulina dengan menambahkannya pada jus buah ataupun sayuran. Bagi sebagian orang mungkin lebih memilih mengkonsumsi Spirulina dalam bentuk suplemen yang dinilai lebih praktis tanpa mengurangi kandungan nutrisinya. Di Jepang, selain dijual dalam bentuk tablet/suplemen, malah sudah dibuat krakers maupun keripik Spirulina. Tentu ini tergantung pilihan dari masing – masing konsumen. Namun yang terpenting dengan mengkonsumsi Spirulina maka dapat meningkatkan aktivitas terhadap virus, menurunkan kolesterol, mengurangi resiko kanker, penyakit ginjal, meningkatkan sistem imun, dapat mengurangi malnutrisi, tentu hal ini akan meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Mau coba ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menjadi Ibu

  Perempuan memiliki fitrah untuk menjadi seorang ibu, tapi saya sendiri pun menyadari bahwa saya terlahir pada generasi perempuan yang tida...